sejarah & budaya Bacan halmahera-selatan maluku utara



Sejarah Kabupaten Halmahera Selatan berawal dari sejarah tentang “Jazirat al-Mulk”yaitu nama kepulauan di ufuk timur bagian utara darikepulauan Indonesia. Istilah“Jazirat al-Mulk” yang diberikan para saudagar Arab ini mempunyai arti :  negeri  raja-raja.


Selain itu, dikenal juga, istilahJazirah tuil Jabal Mulku dengan Pulau Halmahera sebagai pulau induk dari di kawasan ini.Dari kata Muluk dan Mulku inilah yang kemudian menjadi Moluco menurut ucapan dan ortografi orang Portugis, Moluken menurut orang Belanda dan terakhir orang Indonesia sendiri disebut maluku 


Catatan sejarah tentang “Jazirah tuil Jabal Mulku“dengan kemunculan Kesultanan Moloku Kie Raha (Kesultanan Empat Gunung di Maluku) yang terdiri atas: berlanjut
1. KesultananBa can   
2. KesultananJai lolo
3. KesultananTidore
4. KesultananTernate

Bacan,arti harfiahnya adalah: (mem-) baca. Sultan Ternate yaitu SultanMusaffar Syah menyatakan bahwa makna dari bac an” atau “membaca” adalah memasukkan sesuatu, atau usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memasukkan sesuatu ke dalam otaknya untuk menjadi pengetahua.
Makna tersebut tidak bisa dilepaskan juga dengan tugas dan fungsi Sultan Bacan dalam Kesultanan Moloku Kie Raha yaitu: memasok logistik. 
Bacan dalam beberapa manuskrip sejarah sering juga ditulis sebagai Bachian,atauBachan Batjan; dan diduga sudah eksis sejak tahun 1322.
Suku bangsa yang mendiami Jazirah MolokuKie Rahadiduga berasal dari bangsaMelanesia danterdiri dari kurang Polinesia lebih 28 suku bangsaantara lain Tobaru, Wayoli, Tobelo, Galela, Sahu, Modole, Togutil, Sawai, Buli, Bajo dan lain-lain, dengan hampir29 bahasa daerahyang teridentifikasi. yang dapat disebut
Bahasa daerah yang sering dipakai diHalmahera Selatan antara lain bahasa Bacan, Tobelo, Galela, Ternate, Bajau dan Tukang Besi. Bahasa Bacan (Bacanese) sering jugadikenal sebagai Bahasa Melayu Bacan. Diduga munculnya Bahasa Melayu Bacan ini sebagai akibat hubungan-hubungan itu terjadi konvergensi gerakan barang dan manusia pada masa kejayaan Pulau Bacan sebagai bagian dari Pulau Penghasil Rempah (Spice Islands)

Kesultanan Bacan berpusat di Pulau Bacan. Wilayah Kesultanan Bacan pada saat jayanya cukup luas, yaitu dari Maluku hingga ke wilayah Papua.Banyak kepala suku di wilayah Waigeo, Misool dan beberapa daerah lain berada di bawah administrasi pemerintahan Kesultanan Bacan pada masa jayanya.
Pengaruh bangsa Eropa pertama di Pulau Bacan diawali oleh Portugis yang kemudian membangun benteng pada tahun1 558. Bernevald Fort adalah benteng Portugis yang masih utuh berdiri di Pulau Bacan sampai sekarang.
Pada tahun16 09 benteng ini diambil alih oleh VOC yang menandai awal penguasaan Hindia Belanda di Pulau Bacan. Pada tahun1889 sistemmo narki Kesultanan Bacan diganti dengan sistem kepemerintahan di bawah kontrol Hindia Belanda.




Peta Bacan pada awal kedatangan bangsa Eropa yang merupakan bagian dari Atlas van der Hagen yang disimpan di Koninklijke Bibliotheek,DenHaag. Pada peta tersebut tergambar benteng di Bachianserta jajaran pulauMachia n (Makian), Motir (Moti), Tidoro (Tidore) danTerrenate (Ternate). 


Peta buatan VOC pada tahun1660 yang menggambarkan Pulau Halmahera dan beberapa pulau di sekitarnya. Peta ini digambar dengan tehnikcat air pada kertas berukuran19 x 16 cm2. 


Peta berukuran 22,5 x 20,5 cm2buatan VOC pada tahun17 05 yang menggambarkan pulau-pulau diMol luc as (Maluku) serta pulau-pulau sekitar yang menjadi bagian dari kekuasaan bangsa Eropa yang berpusat di Maluku, seperti Sulawesi dan Papua.


 



 Sejarah tentang Maluku dan khususnya Halmahera Selatan tidak bisa dilepaskan dengan komoditas cengkeh dan pala. Sentra produksi cengkeh dan pala terpusat di Ternate, Tidore, Moti, Makian, Bacan dan Halmahera.


Pulau Bacan tidak hanya mempunyai peran dalam produksi cengkeh dan pala pada masa itu, akan tetapi juga menjadi pusat kontrol atas produksi dan distribusi cengkeh dan paladi Ternate, Tidore, Moti, Makian dan Halmahera










 

 




 


















0 komentar:

Post a Comment